Jumlah manusia di dunia ini banyak sekali ampe kalo diliat sama Sang Pencipta mungkin kita uda kayak semut yang lagi bergerombol. Dari banyaknya jumlah manusia itu berbeda-beda juga lho sifatnya. Karena itu manusia adalah ciptaan Sang Pencipta yang unik karena antar manusia sifatnya beda, bentuk wajahnya beda, bentuk matanya beda, bentuk hidungnya beda, bentuk mulutnya beda, suaranya pun ampe beda (mungkin karena Sang Pencipta suka bereksperimen kali ya hehehe...). Karena banyaknya perbedaan itulah bisa menimbulkan ketidakcocokan yang biasanya berujung pada yang namanya konflik.
Nah apa sih konflik itu? Asal muasal konflik menurut Wikipedia adalah Konflik berasal dari bahasa Latin "configere" yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik itu sendiri dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dari segitu banyaknya saya mau memberikan tambahan yang saya ambil dari rekan saya sewaktu saya reinkarnasi jadi seorang filsafat dulu, yaitu "10% of conflicts are due to a difference in opinion. 90% is due to a wrong tone of voice".
Waw, temen saya bilang 90% konflik itu disebabkan oleh kesalahan nada suara kita saat kita berbicara. Setelah saya renungkan, pikirkan, terawang baik-baik ternyata bener juga ya pendapat temen saya itu. Bayangin kalo kita lagi berbeda pendapat sama temen kita, kita mengutarakan setiap pendapat kita dengan kalem, tenang dan halus tapi temen kita ngotot dengan nada meninggi dan teriak-teriak. Lama-lama kita bisa emosi juga sama temen kita tersebut.
Contoh laen lagi, saat kita lagi jalan berdua sama pasangan kita. Saat pasangan kita (wanita) sedang mau membeli baju kan dia pasti nyoba dulu. Nah pas dia lagi coba-coba baju kan dia tanya pendapat kita apakah pantes ngga dia pake baju itu, ato cantik ngga dia pake baju itu? Awal-awal mungkin kita masih bisa jawab dengan semangat bilang bahwa dia terlihat menawan memakai baju tersebut. Tapi yang namanya wanita itu belum puas kalo belum nyobain baju laen yang bagus-bagus, dan dari yang kita jawab semangat lama-lama karena kita cape kita ngga sengaja ngomong "dari tadi kok ngga selese-selese milih baju sih?" (dengan nada agak tinggi dan males gitu). Bayangkan apa yang terjadi? Pasangan kita bisa saja langsung bilang "kok kamu ngga sabaran sih, kamu ngga tulus nemenin aku ya?". Dan uhuiii!! Konflik bisa saja terjadi. Bukannya saling ngomong romantis tapi malah saling marah-marah karena perbedaan nada suara itu tadi.
Yang namanya permasalahan pastilah ada penyelesaian dan pencegahan. Nah kalo penyelesaian mungkin tergantung pribadi masing-masing. Cuma kalo pencegahan menurut saya sih semua orang bisa memakai cara yang sama.
Menurut saya pencegahan yang perlu dilakuin biar ngga terjadi konflik adalah:
1. Belajarlah mengontrol emosi anda.
Ada yang bilang hidup adalah sekolah kehidupan, jadi setiap hari kita pasti belajar dari apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Kalau saya sendiri berpikiran kalo mau mengontrol emosi, kita harus sering latian dengan berinteraksi sama orang yang emosian. Karena kalo kita uda biasa ngobrol dengan orang yang emosian, lama-lama skill sabar kita bisa ketempa biar kalo suatu saat kita ngadepin keadaan yang menjengkelkan kita setidaknya bisa menahan emosi kita biar ngga terjadi konflik.
2. Hindari perkataan yang bisa memancing emosi orang lain.
Kenapa? Karena orang yang sedang emosi biasanya mengeluarkan nada suara yang tinggi. Nah kalo uda begini nih orang-orang disekitarnya bisa ikutan bete ato emosi juga. Lebih baik banyaklah mendengar daripada berbicara karena jumlah telinga kita ada dua dan mulut kita ada satu, jadi harusnya kita mendengar lebih banyak daripada berbicara. Ato jika setidaknya kita harus berbicara hendaknya sebelum kita mengucapkan sesuatu kita berpikir dahulu apakah yang akan kita ucapkan ada manfaatnya bagi orang lain atau tidak. Kalo ngga ada manfaat, buat apa diucapin hanya buang-buang waktu aja.
3. Jika anda memiliki nada yang tinggi, belajar dan berusahalah berbicara dengan lebih kalem
Saya sendiri termasuk orang yang memiliki nada yang tinggi saat berbicara (harapannya sih juga punya nada tinggi saat nyanyi biar bisa nyanyi kayak mantan saya si Mariah Carey) jadi kadang temen bilang ke saya "suara lo gede banget sih", saya hanya bisa menjawab "maklum, calon pembicara internasional di gelora bung karno jadi ngomongnya harus tanpa mic dan speaker nih biar seisi gelora bung karno bisa denger suara saya yang merdu ini" hehehe...
Dosen pembimbing skripsi saya yang memiliki badan tinggi dan besar seperti saya juga pernah memberi wejangan ato primbon sesaat sebelum sidang skripsi bahwa kita harus menjaga intonasi suara kita saat sidang nanti, walopun badan kita gede dan biasanya badan gede suara juga gede. Dengan ngomong lebih kalem harusnya sih walopun nada suara kita tinggi tapi kita tetep terdengar suaranya seperti Michael Bolton lagi berbisik... hehehe...
Tiga pencegahan itu menurut saya sudah cukup bagi kita untuk menghindari konflik, karena konflik itu ngga enak. Konflik itu bisa mempengaruhi mood kita, lingkungan kita, cara pandang kita, dan banyak lagi.
Oke, selamat mendengarkan lebih banyak daripada berbicara, selamat belajar mengontrol emosi, selamat belajar berpikir dahulu sebelum berbicara dan selamat belajar ngomong kalem ya hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar